Kamis, 30 September 2010

SENJA dan KENANGAN


senja berlutut di bawah deras sungai yang mengalir dari matamu
lambaian tangan perpisahan serasa lupa terukir onggokan waktu
kau pernah berkisah tentang dia yang tak kuasa dilupa
tentang dia yang selalu kau tunggu hingga nestapa

mungkin nanti..

‘kan kau ceritakan rahasia beranda sebuah rumah
ketika senja memohon sampai perih
agar malam masih semerbakan aroma hari

dan..

sungai kian deras basahi hati dan nadi
kesedihan yang tertinggal dalam pengapnya diri
senja berlutut di hadap sepasang mata tanpa lambaian tangan:

cinta dan kenangan

PUNGGUNG dan NGARAI

Kau bagaikan ngarai
Lama aku terjatuh di dalamnya
Bergumul dengan lara membelenggu
Beradu dengan lembab hati yang makin beku
Bertemu pencarian yang tak kunjung dalam gelap waktu

Aku tetap saja tak dapat keluar dari kejatuhan ini
Lembah curam cinta yang padahal tak ada buntu ‘tuk harus berhenti
-Jalan yang mestinya dapat menuntun pada lobang kenyataan-
Namun bagiku hal pahit yang tak akan diterima kenyataan



Kau memandang ke depan
Tinggalkan lajuku yang masih mengejar dari belakang
Seperti tak acuh
Asik kau memandang ke sana tak tersentuh
Melupakan beribu kenangan yang tertulis dalam jutaan milisekon waktu

Condongkanlah tatapmu ke sini
Hadap aku yang tak pernah beranjak dari cinta begini
Memang aku rasakan senyuman di balik punggung itu
Tawa baru yang bukan lagi karnaku
Entah karna siapa..
Pastinya telah mendekap erat hatimu
Hingga tak mau lagi kau menoleh dahulu

Kalau nanti kau temukan jalan cahaya
Sinari aku ‘tuk mengerti kenyataan segala
Bahwa ada cahaya yang pasti ‘kan menuntunku
Keluar dari dalamnya ngaraimu
Ngarai yang tercipta dari peraduan seru

Perjalanan waktu

Rabu, 29 September 2010

SURAT UNTUK NATALIA 1

jump-for-love


CINTA: SENYUM; TAWA; CANDA

Hai Nat.. Apa kabar?
Lama… tak kulihat lagi tebaran senyummu, berhambur hangat dari bibir manis mahakarya. Senyum yang selalu mekar kian memesona waktu demi waktu, musim demi musim, tahun demi tahun, meninggalkan sejuta warna dalam pameran lukisan kehidupanku; meninggalkan sejuta rasa yang kini masih menghuni rongga-rongga nafasku.

Lama… tak kudengar lagi gelegak tawamu, menabur hujan ketika panjang kemarau memeluk bumi. Berdebar lagi getaran jiwa merasakan keberadaanmu, aku bagai menikmati nyanyian terindah saat tawamu menghembus ke telingamu, merasuk lubukku.

Lama… tak kuukir lagi canda denganmu, membikin bahagia bersemi dalam setiap kata yang berpacu lucu. Tak pernah sedikitpun kubosan akan kehadiranmu. Entah kenapa.. detik-detik kebersamaan kitapun masih jelas bertahta dalam istana harapan rinduku.

Aku tau, keadaan membuatmu menyerah `tuk perjuangkan kita, berhenti `tuk mencinta, bahkan waktu mungkin mengajarkanmu lupa pada cinta kita. Tapi ijinkan aku sekedar mengenangmu, memberi kesempatan hatiku memeluk dalam imajinasi, mendekapmu walau fiksi, hingga mencumbumu meski tak pasti.

Hariku kini bertebar aromamu, berharap setiap saat tak terduga bertemu kamu, melihatmu walau sekilas dari kaca oplet yang kutumpangi lewat didepan gank-mu atau handphone-ku bordering karna panggilan dari nomormu. ”Ah…aku berkhayal! Aku bermimpi!” Otak menyerangku dengan standar logikanya yang selalu bergumul dengan perasaan.

Tapi bagi benakku khayalan adalah asa yang mengukir ribuan doa supaya bisa bersatu dengan kenyataan, dan mimpi bagai peta `tuk mencapai cintaku agar tak tersesat lalu hilang.
Bagiku cinta adalah senyummu, cinta adalah tawamu, dan cinta adalah candamu.

Lama tak kulihat lagi: kamu