Rabu, 06 Oktober 2010

SURAT UNTUK NATALIA 2

penantian...

AKU MASIH MENUNGGUMU

Aku masih menunggumu, masih cahayaku mencari-cari bayangmu di gelap yang tak berbatas -akupun tak tau letaknya- namun kurasakan. Sederet kenangan bersamamu tersimpan rapi dalam memori card-ku, tak bisa didelete, cuma kerusakan yang mungkin menghapusnya. Bak film, kenangan kita terus-menerus terputar kembali dan wajib ditonton. Sebenarnya tak harus, aku saja yang tak mau melewatkannya, terlalu sulit `tuk sedetik berpaling dari kisah yang kualami sendiri, aku dan kamu pemeran utamanya, tentu saja nyata.

Jikapun terlewatkan, itu karna 'kesibukan' yang mencuri perhatianku dari asa yang tak berpasti: alam rindu yang terlalu takut kutinggalkan, sebab hanya di sanalah kubisa melihat senyummu, manjamu, atau saat masuki kamar tidurku sore itu temukanmu terlelap lelah menyamping sebelah kanan. Dan ketika tau aku ada sedang menatapmu, kau langsung menarik tanganku `tuk berbaring temanimu, merangkulmu.

'Kesibukan' itu adalah sesuatu yang sangat kucintai selain kamu. Kau pasti tau siapa dia, lama sudah kukenal dia, sebelum akhirnya bertemu kamu. Setiap petikan dawainya bisa sejenak mengembalikan 'realita'-ku dan irama yang terdengar mendamaikanku. Tapi ketika lantun indah itu harus saatnya berakhir `tuk disambung lain waktu, lagi-lagi 'film' kita diputar otomatis.

Aku masih menunggumu, menantimu di lorong samping salon tempat pria-pria bimbang jalani profesinya. Menantimu pagi-pagi didepan gank rumahku `tuk sekedar saling bertukar handphone tanpa perlu turun dari oplet tumpanganmu. Menantimu subuh itu hingga lelap harus kulanjutkan pada atrium lapangan olahraga. Hmm..?? atau lebih lucu lagi -mungkin parah, menantimu bukakan pintu lemari di kamarmu tempatku sembunyi dari orangtua-mu.

Aku masih menunggumu, tepatnya berdiam diri di sini sampai keajaiban terjadi. Karna aku sendiripun takut mencarimu, takut jangan-jangan tak seperti harapan; takut menerima ironi. Tapi sebenarnya aku tau bahwa yang bukan harapan itu adalah kenyataan yang sedang bergulir di duniamu, namun terus-menerus kuelak demi memberi jawab pada benakku yang berharap: suatu saat nanti kau `kan datang dalam malamku dan eksistensimu bagai surya yang memberi fajar setelah lama malam rajaiku.

Aku masih menunggumu, menanti secercah cintamu datang hangatkan hati yang sedingin salju. Mmm… Maksud hati ingin kirimkan surat ini padamu, tapi sebaiknya tidak. Nanti saja kalau kau sudah disini, akan kubacakan untukmu, karna aku masih di sini menanti walau esok tak yakin masih, tapi mungkin akan selamanya…

Aku masih MENUNGGUMU.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar