app_full_proxy.php
Dia manis terkenang masih jelas, dengan senyum datang bikin risau tereda. Jam dinding belum sampai pukul sebelas, bawakan roti baur coklat tabur lilin berwarna. Tutup mata kumohon cita pada pencipta, sembari nyanyikan lagu dia menunggu sambil tersipu.

Merdu suara memang tak hembus dari alunnya, namun air suci bak mengalir kala didengarku cinta. Tiup dua puluh satu lilin atas meja seraya berharap pintaku tiba pada sang Esa. Tapi ini dua kali sudah tak dia temani tambah umurku, mungkin dengan lain dia rangkai memori baru.

Di sini masih asa bernaung dalam lubuk yang menanti, kalaupun kisah tak kembali, kiranya semua jadi cerita yang berarti.